AYO.. KITA SAYANGI ORANGTUA KITA ...!!!
Pada saat itu, kita masih tinggal berdekatan dengan rumah Eyang Putri dan Eyang Kakung. Mereka amat sangat menyayangi kamu, mbak. “Kenapa, kok, amat sangat menyayangi aku..? Memangnya, rasa sayang Bunda dan Ayah kepada aku, enggak pakai amat sangat ya..?” mungkin pikiran itu sempat terlintas di benakmu. Ya. Karena kamu adalah cucu pertama dari seluruh keluarga besar Eyang Putri dan Eyang Kakung. Ditambah lagi, kamu adalah keponakan pertama dari seluruh saudara kandung maupun saudara sepupu dari Bunda kamu. Dan kamu adalah cucu pertama yang mengajari dan menemani Eyang Putri dalam membantu hafalan-hafalan surat Juz Amma. ALHAMDULILLAH WA SYUKRULILLAH.. Jadi, sepertinya rasa cinta, rasa kasih dan sayang Ayah Bunda ke kamu, ada yang menyaingi. Hik, hik, hik. Sedih deh. Tapi, enggak apa-apa kok.. Bunda dan Ayah rela dan coba ikhlaskan. Namun yang paling penting adalah..ALLOH SWT masih sayang kepada kita semua. Amiin..
Waktu demi waktu telah berjalan dengan kenangan yang penuh berwarna dan penuh hikmah. Ketika itu, kamu masih duduk di bangku TK B1 TK Islam Terpadu,-perut Bunda kamu sedang “gendut” dung..dung..dung alias mengandung calon adik kamu. Saat itu, usia kandungan Bunda sudah mencapai 9 bulan. “Hore..,aku punya adik ! aku punya teman bermain dan belajar. Ya Alloh, berilah keselamatan dan kelancaran pada kelahiran adikku ini ..!! “ kata-kata itu sering kamu panjatkan. Begitu senangnya kamu menanti kehadiran adik kamu. Begitu semangatnya kamu dalam belajar mengaji dan mengikuti pelajaran di sekolah. Seakan-akan, kamu memacu mempersiapkan dirimu untuk menjadi contoh yang baik bagi adikmu. SUBHANALLOH..Ayah dan Bunda sangat bangga dan terharu.
Dan saat-saat yang mendebarkan itupun terjadi. Tepatnya, seusai kamu dan Ayah sholat subuh, tiba-tiba..Bunda merasakan kandungannya tidak beres. Bunda minta tolong segera diantarkan ke Rumah Bersalin ( RB ) sambil sesekali meringis. Seakan menahan rasa sakit yang amat sangat. Kontan saja, semua panik. Namun, kami coba bersikap tenang sambil membagi-bagi tugas yang harus dilakukan dalam keadaan darurat. Eyang Putri bolak-balik sibuk menelpon RB. Ayah sibuk menyiapkan perlengkapan salin yang diperlukan, berikut berkemas-kemas. Sedangkan Om, ikut sibuk menyiapkan susu dan roti buat kita sarapan. Lalu ia membantu mengeluarkan motor butut Ayah dan menyalakannya.
ALHAMDULILLAH...,perjalanan dari rumah menuju RB dengan mengendarai motor tidak mengalami macet dan lancar. Setelah Ayah mengisi form registrasi persalinan, Bunda langsung di bawa ke ruang persalinan. Tapi, sayang, menurut peraturan RB, anak seusia kamu tidak boleh melihat proses persalinan. Maafin Ayah Bunda ya.. Namun, sepertinya kamu tidak ambil pusing dan tidak rewel. Kamu menunggu di Kamar Inap Bunda. Begitu senangnya kamu. Karena di dalam kamar tersebut, ada fasilitas AC dan TV. Dan kamu masuk ke dalam kamar. Menikmati susu dan roti sambil menonton TV. Setelah beres semua, ayah mengambil air wudhu lalu masuk ke musholla. Setelah sholat dhuha, ayah langsung ke ruang bersalin untuk menemani Bunda memberi semangat dalam proses persalinan. “Owe.......owe.......owe” terdengar tangisan bayi dari ruang bersalin. Lalu kamu bergegas ke ruang bersalin. Terlihat dari raut muka kamu pancaran kesenangan tiada tara dan haru. Kamu langsungmemeluk Bunda dan memberi ucapan selamat kepada Bunda. Dan kami pun larut dalam suasana yang amat sangat mengharukan. Ayah begitu bangga melihat Bunda berjihad. Berjuang dan mempertaruhkan keselamatan jiwanya dan jiwa adik kamu. Ayah dan Bunda pun jadi bertambah sayang kepada anak-anaknya. Kamu dan adik bayi kamu. Dan, kami pun sadar, kalau kami harus menghormati orangtua kita, khususnya ibu kita. Karena beliau mempertaruhkan jiwanya untuk melahirkan kita. Anak kesayangan mereka. Siapapun orangtua kita.
